Cerita kami dari Panitia dalam Persiapan MUBES & RAT TELAPAK 2014Cerita kami dari Panitia dalam Persiapan MUBES & RAT TELAPAK 2014

Rabu pagi (19/02/14) kami baru saja selesai mengecat tiga meja kayu, sekarang kami tinggal menyiapkan beberapa kursi untuk makan bersama. Kami juga telah selasai menyiapkan penginapan bagi teman-teman nanti yang akan datang, di kantor Ecoton.

Penginapan dengan dua lantai, masing-masing terdapat enam ruang kamar dengan berukuran 4×3 meter. kami juga sedang membangun dua kamar mandi baru untuk melengkapi penginapan yang telah kami siapkan. Mas Dwi tukang cat sudah mulai mengaduk cat berwarna biru sedangkan Mas Eko dan Gus Maul memasang batu bata untuk membuat dua kamar mandi, sesaat kemudian Mas Blak datang dengan mengendarai GL Max onta membonceng 2 sak Semen Gresik @ 40 Kg.

“ini mas kembalian beli semen,” Blak menyodorkan uang ribuan sambil memberi bon pembayaran 2 sak semen total 106 ribu rupiah kepada saya.

Riska sibuk menghubungi Pakde (tukang gali tanah) yang tidak nongol karena hari ini ada kerjaan untuk membuat saluran air dari penginapan menuju kolam.

Rabu pagi (19/02/14) kami baru saja selesai mengecat tiga meja kayu, sekarang kami tinggal menyiapkan beberapa kursi untuk makan bersama. Kami juga telah selasai menyiapkan penginapan bagi teman-teman nanti yang akan datang, di kantor Ecoton.

Penginapan dengan dua lantai, masing-masing terdapat enam ruang kamar dengan berukuran 4×3 meter. kami juga sedang membangun dua kamar mandi baru untuk melengkapi penginapan yang telah kami siapkan. Mas Dwi tukang cat sudah mulai mengaduk cat berwarna biru sedangkan Mas Eko dan Gus Maul memasang batu bata untuk membuat dua kamar mandi, sesaat kemudian Mas Blak datang dengan mengendarai GL Max onta membonceng 2 sak Semen Gresik @ 40 Kg.

“ini mas kembalian beli semen,” Blak menyodorkan uang ribuan sambil memberi bon pembayaran 2 sak semen total 106 ribu rupiah kepada saya.

Riska sibuk menghubungi Pakde (tukang gali tanah) yang tidak nongol karena hari ini ada kerjaan untuk membuat saluran air dari penginapan menuju kolam.

Beberapa saat Amir datang dari Wonosalam menunggangi GL Max dan mengabarkan bahwa pesanan logistik berupa Pete, Kacang tanah, Sukun, Rambutan, salak sudah ada dan tinggal mengambil dengan memakai Pick Up.” Iki durene isik larang (saat ini duriannya masih Mahal), hargane sekitar Rp 350.000 per biji ukuran sedang,” ujar Amir melaporkan.

Hari mulai gerimis tapi kami harus mengangkut beberapa gelondong kayu jati yang harus dibelah untuk dijadikan kursi. Eko, Dwi, Gus Maul, Black, Amir dan saya sendiri mengangkat dua batang kayu jati dengan diameter 30 cm dan menaikkan keatas pick up untuk di bawa ke tempat penggergajian. Dengan susah payah kami berhasil menaikan jati ke atas pick up. Kami bergegas  menuju penggergajian di daerah Driyorejo tetangga kecamatan dari Wringinanom. Akirnya sampailah kami dipenggergajian, dan kami memulai membelah kayu menjadi empat lembar potongan. “Pinten pak Ongkosipun?” Terserah nak, kalo lima puluh ribu apa ndak kemahalan?” Ujar Pak Suwardi kepadaku. Langsung saja Amir mengeluarkan uang lima puluh ribuan dan saya tambahi dengan selembar uang sepuluh ribuan. “matur suwun nak,” ujar Pak Suwardi tersenyum menerima uang 60 ribu untuk ongkos potong kayu. Kemudian kami menuju bengkel Las Susilo di Desa Bambe, kayu yang sudah terbelah dengan ukuran 280 cm dua buah dan 70 cm dua buah akan dijadikan kursi panjang.

Kami menentukan tinggi kursi lunas 50 cm, sebenarnya ada banyak ukuran kursi ada yang 47 cm, 43 cm. tetapi kami memilih 50 cm meter. kemudian kayu lembaran ini di rapikan dengan menggunakan mesin gergaji. Sayang aksi yang hendak kami lakukan terhenti dikarenakan bensinnya habis. Bergegaslah Blak membeli bensin eceran sambil membawa Mio menerobos gerimis kecil. Tak hampir satu jam, Blak datang sambil membawa seliter bensin dan satu pak kretek Dji Sam Soe. Pada saat bersamaan Amir sibuk memilih ote-ote, lumpiah dan resoles utk tambahan coffe break. “Kalo mau dikerjakan sekarang besinya harus dibelikan sekarang,” perintah tukang las. Kamipun bergegas menuju toko besi, kami melihat-lihat besi siku ukuran 50 seharga Rp 235.000 per batang per 6 meter.

Dideretan lain, saya melihat ada besi ulir ukuran 19 SNI sepanjang 12 meter harganya Rp 224.800, tanpa pikir panjang saya beli dua lonjor besi ulir dengan ukuran 19 SNI, total harga 449.600. Besi kami naikkan keatas  pickup, Amir dan Blak naik ke atas bak sambil memegangi besi. Selesainya kamipun melaju menuju bengkel besi dan meminta agar bangku segera diselesaikan. Pukul 14.30 WIB kami bertolak menuju warung nasi untuk sarapan, besok kami akan belanja tandon air, paralon, dan meratakan tanah untuk tiga tenda besar. Tenda besar tersebut cukup bisa menampung 10 orang, rencannanya tenda ini kami letakkan di tepi sungai agar para Telapakers dapat menikmati bunyi aliran sungai, dan menikmati hembusan angin brantas.

Malam ini pemain orkes akan datang untuk meminta DP, agar mereka dapat mengikat tiga orang penyanyi. Karena untuk tanggal 26 ada beberapa penampilan di desa lain, jadi harus sesegera mungkin memberi persekot. Dengan uang ala kadarnya saya berikan DP untuk tiga penyanyi. “Tolong nanti penyanyinya yang Grapyak ya mas, karena tamunya datang dari berbagai daerah, jadi kami harap acaranya meriah,” pintaku kepada Cak Benu.

Sekarang hari telah larut, saya mau istirahat karena besok saya harus ke Pelindo, Kantor Gubernur Jatim dan membuat surat pemberitahuan kepada Kapolsek Wringinanom untuk acara aksi Sikat Kali Brantas. Amir malam ini kabarnya akan pijit karena pundaknya terkilir.

Begitulah teman persiapan kami di Jawa Timur, kehadiran teman-teman akan menjadi obat bagi kami.

Beberapa saat Amir datang dari Wonosalam menunggangi GL Max dan mengabarkan bahwa pesanan logistik berupa Pete, Kacang tanah, Sukun, Rambutan, salak sudah ada dan tinggal mengambil dengan memakai Pick Up.” Iki durene isik larang (saat ini duriannya masih Mahal), hargane sekitar Rp 350.000 per biji ukuran sedang,” ujar Amir melaporkan.

Hari mulai gerimis tapi kami harus mengangkut beberapa gelondong kayu jati yang harus dibelah untuk dijadikan kursi. Eko, Dwi, Gus Maul, Black, Amir dan saya sendiri mengangkat dua batang kayu jati dengan diameter 30 cm dan menaikkan keatas pick up untuk di bawa ke tempat penggergajian. Dengan susah payah kami berhasil menaikan jati ke atas pick up. Kami bergegas  menuju penggergajian di daerah Driyorejo tetangga kecamatan dari Wringinanom. Akirnya sampailah kami dipenggergajian, dan kami memulai membelah kayu menjadi empat lembar potongan. “Pinten pak Ongkosipun?” Terserah nak, kalo lima puluh ribu apa ndak kemahalan?” Ujar Pak Suwardi kepadaku. Langsung saja Amir mengeluarkan uang lima puluh ribuan dan saya tambahi dengan selembar uang sepuluh ribuan. “matur suwun nak,” ujar Pak Suwardi tersenyum menerima uang 60 ribu untuk ongkos potong kayu. Kemudian kami menuju bengkel Las Susilo di Desa Bambe, kayu yang sudah terbelah dengan ukuran 280 cm dua buah dan 70 cm dua buah akan dijadikan kursi panjang.

Kami menentukan tinggi kursi lunas 50 cm, sebenarnya ada banyak ukuran kursi ada yang 47 cm, 43 cm. tetapi kami memilih 50 cm meter. kemudian kayu lembaran ini di rapikan dengan menggunakan mesin gergaji. Sayang aksi yang hendak kami lakukan terhenti dikarenakan bensinnya habis. Bergegaslah Blak membeli bensin eceran sambil membawa Mio menerobos gerimis kecil. Tak hampir satu jam, Blak datang sambil membawa seliter bensin dan satu pak kretek Dji Sam Soe. Pada saat bersamaan Amir sibuk memilih ote-ote, lumpiah dan resoles utk tambahan coffe break. “Kalo mau dikerjakan sekarang besinya harus dibelikan sekarang,” perintah tukang las. Kamipun bergegas menuju toko besi, kami melihat-lihat besi siku ukuran 50 seharga Rp 235.000 per batang per 6 meter.

Dideretan lain, saya melihat ada besi ulir ukuran 19 SNI sepanjang 12 meter harganya Rp 224.800, tanpa pikir panjang saya beli dua lonjor besi ulir dengan ukuran 19 SNI, total harga 449.600. Besi kami naikkan keatas  pickup, Amir dan Blak naik ke atas bak sambil memegangi besi. Selesainya kamipun melaju menuju bengkel besi dan meminta agar bangku segera diselesaikan. Pukul 14.30 WIB kami bertolak menuju warung nasi untuk sarapan, besok kami akan belanja tandon air, paralon, dan meratakan tanah untuk tiga tenda besar. Tenda besar tersebut cukup bisa menampung 10 orang, rencannanya tenda ini kami letakkan di tepi sungai agar para Telapakers dapat menikmati bunyi aliran sungai, dan menikmati hembusan angin brantas.

Malam ini pemain orkes akan datang untuk meminta DP, agar mereka dapat mengikat tiga orang penyanyi. Karena untuk tanggal 26 ada beberapa penampilan di desa lain, jadi harus sesegera mungkin memberi persekot. Dengan uang ala kadarnya saya berikan DP untuk tiga penyanyi. “Tolong nanti penyanyinya yang Grapyak ya mas, karena tamunya datang dari berbagai daerah, jadi kami harap acaranya meriah,” pintaku kepada Cak Benu.

Sekarang hari telah larut, saya mau istirahat karena besok saya harus ke Pelindo, Kantor Gubernur Jatim dan membuat surat pemberitahuan kepada Kapolsek Wringinanom untuk acara aksi Sikat Kali Brantas. Amir malam ini kabarnya akan pijit karena pundaknya terkilir.

Begitulah teman persiapan kami di Jawa Timur, kehadiran teman-teman akan menjadi obat bagi kami.