Aktivis Telapak Laporkan Penghancuran Adat pada Jenderal Sudirman

head_pr_telapak

Jakarta, 27 November 2011.  Belasan aktivis dari Telapak melakukan aksi teatrikal dan melaporkan terjadinya penghancuran kawasan hutan adat kepada patung Jenderal Besar Sudirman.  Aksi teatrikal ini dilakukan untuk mendukung penyelamatan kawasan hutan adat Muara Tae dari ancaman perkebunan kelapa sawit dan tambang batu bara.

Walau tahun 2011 ini telah ditetapkan sebagai Tahun Kehutanan Internasional, namun praktek penghancuran hutan-hutan Indonesia masih saja belum dapat teratasi.  Hutan-hutan yang dikelola secara turun-temurun oleh komunitas masyarakat adat pun tak lepas dari ancaman penghancuran ini.  Kawasan hutan adat masih menjadi sasaran praktek-praktek penggundulan hutan untuk kepentingan pertambangan dan kebun kelapa sawit hingga saat ini.  Banyak komunitas masyarakat adat yang kehilangan wilayah hutannya dan dirugikan perekonomiannya akibat masuknya perusahaan.

Dengan mengendarai sejumlah sepeda tua serta sebuah gerobak sepeda, belasan aktivis Telapak melakukan aksi teatrikal di salah satu jalur car-free day di Jakarta.  Mereka bersepeda menuju patung Jenderal Besar Sudirman.  Tepat di depan patung raksasa tersebut, para aktivis lalu bebaris dan melakukan prosesi pelaporan kepada Sang Jenderal.  Bergaya pejuang 45, para aktivis melaporkan praktek penggundulan kawasan hutan adat yang terus berlangsung dan belum mampu ditangani oleh Pemerintah.

“Aksi teatrikal ini kami lakukan untuk memperluas dukungan berbagai pihak demi menyelamatkan kawasan hutan adat dari ancaman perusahaan batubara dan sawit”, papar Abu Meridian, Juru Kampanye Hutan Telapak.

Kampung Muara Tae di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur adalah contoh nyata dari kawasan adat yang terancam oleh praktek penggundulan hutan oleh perusahaan tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit.  Hingga akhir tahun 2011 ini, masyarakat Muara Tae tidak pernah merasakan manfaat hutan untuk rakyat yang menjadi tema Tahun Kehutanan Internasional.

Di sisi lain, Pemerintah dianggap masih belum serius menangani konflik tenurial yang terjadi antara komunitas masyarakat dengan perusahaan yang menghancurkan kawasan hutan adat.  Pemerintah cenderung masih berpihak pada kepentingan perusahaan dibandingkan kepentingan masyarakat adat.

Abu Meridian menambahkan “Kami meragukan keberpihakan Pemerintah dalam menangani penggundulan hutan di kawasan adat, seperti yg sedang terjadi di Kampung Muara Tae.  Mungkin lebih baik melaporkannya pada patung seorang jenderal besar yang juga pahlawan.

KONTAK:

Abu Meridian, Juru Kampanye Hutan Telapak
abu.meridian@telapak.org atau 0857-157-66-732

Sheila Kartika, Kontak Media
sheila@telapak.org atau 0856-887-1996

CATATAN UNTUK EDITOR:

  • Muara Tae merupakan sebuah kampung yang terletak di Jempang, Kutai Barat, Kalimantan Timur.  Sejak tahun 1971, sumber daya alam di Jempang telah dieksploitasi oleh PT Sumber Mas dari tahun 1971-1975, 1983-1985, dan 1991-1992. Pada tahun 2007, masuk PT London Sumatra yang beroperasi hingga saat ini. Pada tahun 1996/1997 PT Gunung Bayan Pratama Coal memulai eksplorasi dan eksploitasi juga beroperasi hingga saat ini. Pada tahun 2010, PT Borneo Surya Mining Jaya masuk dan sampai saat ini masih beroperasi di Jempang.
  • Pada tahun 2000, Telapak telah mengeluarkan laporan “Menanam Bencana” yang mengekspos ekspansi perkebunan sawit PT London Sumatra merupakan bukti nyata perusakan kehidupan ekologis, budaya, dan sosial di Jempang, Muara Pahu, dan Bongan.
  • Lima perusahaan yang sedang dan akan beroperasi di Muara Tae adalah PT Gunung Bayan Pratama Coal, PT Borneo Surya Mining Jaya, PT London Sumatra TBK, PT Kencana Wisto, dan PT Munte Waniq Jaya Perkasa.
  • Deklarasi PBB tentang hak-hak Masyarakat Adat menyebutkan bahwa masyarakat adat memiliki hak menentukan nasib sendiri; hak atas tanah, wilayah dan sumber daya; dan persetujuan tanpa paksaan (Free, Prior and Informed Consent/FPIC) untuk menentukan apakah suatu proyek dapat dilaksanakan atau ditolak.
  • Telapak adalah sebuah perkumpulan aktivis LSM, praktisi bisnis, akademisi, afiliasi media, serta masyarakat adat yang berpusat di Bogor, Jawa Barat.  Telapak bekerja bersama dengan masyarakat adat, petani, dan nelayan di Indonesia hingga terwujudnya kedaulatan dan kehidupan yang bermartabat dan berkelanjutan.  Salah satu misi utama Telapak adalah memimpin perubahan menuju kerakyatan dan kelestarian.  Informasi mengenai Telapak dapat dijumpai pada website www.telapak.org